Industri Digital
Industri 4.0 adalah nama tren otomasi dan
pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Istilah ini mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala, komputasi
awan dan komputasi kognitif. Industri 4.0 menghasilkan
"pabrik cerdas". Di dalam pabrik cerdas berstruktur moduler, sistem
siber-fisik mengawasi proses fisik, menciptakan salinan dunia fisik secara
virtual, dan membuat keputusan yang tidak terpusat. Lewat Internet untuk segala
(IoT), sistem siber-fisik berkomunikasi dan bekerja sama dengan satu sama lain
dan manusia secara bersamaan. Lewat komputasi
awan, layanan internal dan lintas organisasi disediakan dan
dimanfaatkan oleh berbagai pihak di dalam rantai nilai.
Istilah "Industrie
4.0" berasal dari sebuah proyek dalam strategi teknologi canggih pemerintah
Jerman yang mengutamakan komputerisasi pabrik
dan diangkat kembali di Hannover Fair tahun
2001. Pada Oktober 2012,
Working Group on Industry 4.0 memaparkan rekomendasi pelaksanaan Industri 4.0
kepada pemerintah federal Jerman. Anggota kelompok kerja Industri 4.0 diakui
sebagai bapak pendiri dan perintis Industri 4.0. Laporan akhir Working
Group Industry 4.0 dipaparkan di Hannover Fair tanggal 8 April 2013.
Revolusi Industri 1.0
Revolusi
Industri yang pertama terjadi pada abad ke-18 ditandai dengan penemuan mesin
uap yang digunakan untuk proses produksi barang. Saat itu, di Inggris, mesin
uap digunakan sebagai alat tenun mekanis pertama yang dapat meningkatkan
produktivitas industri tekstil. Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada
tenaga manusia dan hewan akhirnya digantikan dengan mesin tersebut. Selain itu, mesin uap digunakan pada
bidang transportasi. Transportasi internasional pada masa itu adalah
transportasi laut yang masih menggunakan tenaga angin. Namun, angin tidak dapat
sepenuhnya diandalkan karena bisa jadi angin bertiup dari arah yang berlawanan
atau bahkan tidak ada angin sama sekali. Penggunaan tenaga angin pada alat transportasi pun mulai
berkurang semenjak James Watt menemukan mesin uap yang jauh lebih efisien dan
murah dibandingkan mesin uap sebelumnya pada 1776. Dengan mesin uap tersebut,
kapal dapat berlayar selama 24 jam penuh jika mesin uap tetap didukung dengan
kayu dan batu bara yang cukup. Revolusi
industri memungkinkan bangsa Eropa mengirim kapal perang ke seluruh penjuru
dunia dalam waktu yang jauh lebih singkat. Negara-negara imperialis di Eropa
mulai menjajah kerajaan-kerajaan di Afrika dan Asia. Selain penjajahan,
terdapat dampak lain dari revolusi industri, yaitu pencemaran lingkungan akibat
asap mesin uap dan limbah-limbah pabrik lainnya.
Revolusi Industri 2.0
Revolusi
industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20. Revolusi industri ini ditandai dengan
penemuan tenaga listrik. Tenaga otot yang saat itu sudah tergantikan oleh mesin
uap, perlahan mulai tergantikan lagi oleh tenaga listrik. Walaupun begitu,
masih ada kendala yang menghambat proses produksi di pabrik, yaitu masalah
transportasi. Di akhir 1800-an, mobil mulai diproduksi secara massal. Produksi
massal ini tidak lantas membuat proses produksinya memakan waktu yang cepat
karena setiap mobil harus dirakit dari awal hingga akhir di titik yang sama
oleh seorang perakit mobil. Artinya, untuk merakit banyak mobil, proses
perakitan harus dilakukan oleh banyak orang yang merakit mobil dalam waktu yang
bersamaan. Revolusi terjadi
dengan terciptanya "lini produksi" atau assembly line yang
menggunakan "ban berjalan" atau conveyor belt pada
1913. Hal ini mengakibatkan proses produksi berubah total karena untuk menyelesaikan
satu mobil, tidak diperlukan satu orang untuk merakit dari awal hingga akhir.
Para perakit mobil dilatih untuk menjadi spesialis yang mengurus satu bagian
saja. Selain itu, para
perakit mobil telah melakukan pekerjaannya dengan bantuan alat-alat yang
menggunakan tenaga listrik yang jauh lebih mudah dan murah daripada tenaga uap. Revolusi industri kedua ini juga
berdampak pada kondisi militer pada perang dunia II. Ribuan tank, pesawat, dan
senjata diciptakan dari pabrik-pabrik yang menggunakan lini produksi dan ban
berjalan. Hal ini terjadi karena adanya produksi massal (mass production).
Perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri boleh dibilang
menjadi komplit.
Revolusi Industri 3.0
Setelah
revolusi industri kedua, manusia masih berperan sangat penting dalam proses
produksi berbagai macam jenis barang. Tetapi, setelah revolusi industri yang
ketiga, manusia tidak lagi memegang peranan penting. Setelah revolusi ini, abad
industri pelan-pelan berakhir dan abad informasi dimulai. Jika revolusi pertama dipicu oleh mesin
uap, revolusi kedua dipicu oleh ban berjalan dan listrik, revolusi ketiga ini
dipicu oleh mesin yang dapat bergerak dan berpikir secara otomatis, yaitu
komputer dan robot. Salah satu
komputer pertama yang dikembangkan di era perang dunia II sebagai mesin untuk
memecahkan kode buatan Nazi Jerman adalah komputer bernama Colossus. Komputer
yang dapat diprogram tersebut merupakan mesin raksasa sebesar ruang tidur yang
tidak memiliki RAM dan tidak bisa menerima perintah dari manusia melalui keyboard.
Komputer purba tersebut hanya menerima perintah melalui pita kertas yang
membutuhkan daya listrik sangat besar, yaitu 8.500 watt. Namun, kemajuan teknologi komputer
berkembang luar biasa pesat setelah perang dunia kedua selesai. Penemuan
semikonduktor, transistor, dan kemudian integrated chip (IC)
membuat ukuran komputer semakin kecil, listrik yang dibutuhkan semakin sedikit,
serta kemampuan berhitungnya semakin canggih. Mengecilnya ukuran membuat komputer bisa dipasang di
mesin-mesin yang mengoperasikan lini produksi. Komputer pun mulai menggantikan
banyak manusia sebagai operator dan pengendali lini produksi.
Revolusi Industri 4.0
Nah,
inilah revolusi industri yang saat ini sedang ramai diperbincangkan. Bahkan,
diangkat menjadi salah satu topik dalam Debat Capres 2019. Industri 4.0 adalah tren
di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi
siber. Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek dalam strategi teknologi
canggih Pemerintah Jerman yang mengutamakan komputerisasi pabrik. Pada industri 4.0, teknologi manufaktur
sudah masuk pada tren otomatisasi dan pertukaran data. Hal tersebut mencakup
sistem siber-fisik, internet of things (IoT), cloud
computing, dan cognitive computing. Tren ini telah mengubah banyak bidang
kehidupan manusia, termasuk ekonomi, dunia kerja, bahkan gaya hidup.
Singkatnya, revolusi industri 4.0 menanamkan teknologi cerdas yang dapat
terhubung dengan berbagai
bidang kehidupan manusia. Banyak hal yang tak terpikirkan sebelumnya, tiba-tiba muncul dan menjadi inovasi baru, serta membuka lahan bisnis yang sangat besar. Contoh terdekatnya, munculnya transportasi dengan sistem ride-sharing seperti Go-Jek dan rab. Kehadiran revolusi industri 4.0 memang menghadirkan usaha baru, lapangan kerja baru, dan profesi baru yang tak terpikirkan sebelumnya. Tidak dapat dipungkiri, berbagai aspek kehidupan manusia akan terus berubah seiring dengan revolusi dan perkembangan teknologi yang terjadi. Memang perubahan seringkali diiringi banyak dampak negatif dan menimbulkan masalah-masalah baru. Namun, perubahan juga selalu bisa membawa masyarakat ke arah yang lebih baik. Simpulannya, revolusi industri 4.0 bukanlah suatu kejadian yang menakutkan, justru membuka peluang yang semakin luas bagi anak bangsa untuk berkontribusi terhadap perekonomian nasional.
bidang kehidupan manusia. Banyak hal yang tak terpikirkan sebelumnya, tiba-tiba muncul dan menjadi inovasi baru, serta membuka lahan bisnis yang sangat besar. Contoh terdekatnya, munculnya transportasi dengan sistem ride-sharing seperti Go-Jek dan rab. Kehadiran revolusi industri 4.0 memang menghadirkan usaha baru, lapangan kerja baru, dan profesi baru yang tak terpikirkan sebelumnya. Tidak dapat dipungkiri, berbagai aspek kehidupan manusia akan terus berubah seiring dengan revolusi dan perkembangan teknologi yang terjadi. Memang perubahan seringkali diiringi banyak dampak negatif dan menimbulkan masalah-masalah baru. Namun, perubahan juga selalu bisa membawa masyarakat ke arah yang lebih baik. Simpulannya, revolusi industri 4.0 bukanlah suatu kejadian yang menakutkan, justru membuka peluang yang semakin luas bagi anak bangsa untuk berkontribusi terhadap perekonomian nasional.
Dampak
Era Industry Digital Saat Ini
Pada bagian ini kita akan
sama-sama membahas apa dampak yang ditimbulkan dari terjadinya Revolusi
Industri ini. Apa saja dampaknya, langsung saja kita bahas.
·
Dampak Sosial
Hal yang paling
menonjol dari revolusi industri 4.0 adalah penggunaan teknologi dan mesin yang
dapat menggantikan peran manusia dalam proses industri. Kegiatan ini dapat
menyebabkan berkurangnya peranan atau campur tangan manusia dalam proses
produksi. Hasilnya adalah berkurangnya lapangan pekerjaan dalam industri
manufaktur. Tidak hanya itu hal ini juga dapat menyebabkan sistem pendidikan
sebelumnya tidak lagi menjadi relevan dalam dunia kerja.
·
Dampak Politik
Regulasi yang dapat
menjadi penyeimbang diperlukan. Satu sisi industri 4.0 diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan permintaan akan produk dengan harga yang terjangkau. Di sisi
lain penggunaan mesin menyebabkan tingginya angka pengangguran yang dapat
berdampak pada iklim ekonomi secara keseluruhan.
·
Dampak Ekonomi
Yang terjadi seperti perubahan terhadap bebrapa model bisnis
sebelumnya, tingginya biaya yang diperlukan untuk sebuah perusahaan dalam
mengimplementasikan industri 4.0. Selain itu penanaman modal berlebihan
terhadap teknologi akan menghasilkan keuntungan ekonomi untuk perusahaan
tersebut. Faktor seperti teknologi baru atau mesin baru dapat menyebabkan
kerugian dari investasi teknologi sebelumnya.
Kesiapan SDM
Merupakan
hal yang paling mendasar dalam menghadapi perubahan zaman. Ketua Umum Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Jamalul Izza mengaakan, harus
diakui bahwa sejauh ini SDM Indonesia masih kurang persiapan daam menghadapi
era baru ini. “Bicara industri ini, kita (SDM) belum siap,” katanya di Jakarta,
Selasa (6/8/2019). Dikatakan, belum siapnya SDM Indonesia dalam menyambut
industri 4.0 lebih kepada pemerataan keterampilan di seluruh daerah di Indonesia.
Lain cerita jika SDM yang berada di kota-kota besar. Barangkali, mereka sudah
lebih siap lantaran fasilitas pendukungnya ada. “Ini bicara soal Industri 4.0.
Bukan hanya SDM yang ada di kota besar saja. Penting juga memperhatikan SDM-SDM
yang berada di daerah,” kata Jamal. Dia juga menyontohkan kegiatan APJII untuk
berkontribusi menyiapkan SDM yang siap menghadapi industri 4.0, yakni rutin
menggelar pelatihan-pelatihan bagi siswa SMK. Tak hanya itu saja,
pelatihan-pelatihan yang digelar pun bersertifikasi. APJII telah menggelar
pelatihan bersertifikat di 13 pengurus wilayah. “Ini penting karena sekarang
zamannya sudah perlu sertifikasi saat akan menghadapi dunia kerja. Apalagi,
adanya MEA yang akan membuat persaingan dunia kerja antarnegara begitu ketat. Maka
itu, APJII rutin menggelar pelatihan-pelatihan sebagai wujud kontribusi kami
menyiapkan SDM berkualitas untuk menghadapi industri 4.0,” terangnya. Dari sisi
pemerintah, kata Jamalul, perlu secara serius mempersiapkan SDM yang
berkualitas dengan meningkatkan pelatihan-pelatihan khususnya di bidang
teknologi. Ia juga mengatakan agar pelatihan tidak hanya digelar di SMK,
melainkan juga didorong di berbagai lembaga atau komunitas yang dapat diikuti
para generasi muda sebagai objek utama dari revolusi industri 4.0. "Perlu
ada pelatihan supaya SDM kita punya sertifikat sehingga tak kalah dengan negara
lain dan bagaimana sertifikat kita bisa berlaku secara internasional. Jangan
sampai kita jadi budak di negara kita sendiri. Lalu, yang kita pakai orang dari
luar," kata dia. APJII adalah sebuah organisasi nirlaba yang telah berdiri
sejak 15 Mei 1996. Sejak 2016, APJII adalah organisasi terbuka bukan hanya
untuk penyelenggara jasa telekomunikasi saja tapi juga untuk seluruh institusi
Indonesia yang menggunakan atau berkecimpung dalam teknologi internet.
Referensi:
No comments:
Post a Comment